Mengenai hukum makan sambil berdiri hampir sama dengan hukum minum
sambil berdiri, terdapat dua
versi. Ada hadits
yang membolehkan ada pula yang melarangnya.
Diantara hadits
yang membolehkan adalah :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كُنَّا نَأْكُلُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ نَمْشِى وَنَشْرَبُ وَنَحْنُ قِيَامٌ.
Dari Ibnu
Umar, beliau berkata : Kami (para sahabat) pada masa Rasulullah saw makan
sambil berjalan kaki dan minum sambil berdiri. (H. R. Tirmidzi no. 2000 dan
Ibnu Majah no. 3426)
Dan
hadits-hadits yang melarang makan sambil berdiri antara lain adalah :
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ أَنَّهُ نَهَى
أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِمًا. قَالَ قَتَادَةُ فَقُلْنَا فَالْأَكْلُ فَقَالَ
ذَاكَ أَشَرُّ أَوْ أَخْبَثُ
Dari Qatadah,
dari Anas, dari Nabi saw bahwasanya beliau telah melarang seseorang minum
sambil berdiri. Qatadah berkata, lalu kami bertanya : Bagaimana kalau makan
sambil berdiri? Anas bin Malik menjawab : Itu lebih jelek atau lebih buruk. (H.
R. Muslim no. 5393).
Imam Nawawi dalam kitabnya menegaskan :
ولا يكره الشرب قائما وحملوا النهي الوارد على حالة السير قلت هذا
الذي قاله من تأويل النهي على حالة السير قد قاله ابن قتيبة والمتولي وقد تأوله
آخرون بخلاف هذا والمختار أن الشرب قائما بلا عذر خلاف الأولى للأحاديث الصريحة
بالنهي عنه في صحيح مسلم
Dan tidak makruh hukumnya minum sambil berdiri.
Ulama memahami larangan yang tersebut itu dalam keadaan perjalanan. Menurut
saya, pendapat yang dikatakan ini berdasar pada takwil larangan dalam keadaan
perjalanan sebagaimana dipegang oleh Ibnu Qutaibah dan Al-Mutawalli. Ulama lain
menakwil berbeda. Pendapat yang kami pilih, minum sambil berdiri tanpa uzur
menyalahi yang utama berdasarkan larangan pada hadits shahih riwayat Imam
Muslim (Kitab Raudhatuth Thalibin wa Umdatul Muftin, Juz II, halaman 66)
Kementerian Waqaf dan Urusan KeIslaman Kuwait
لاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ يُنْدَبُ
الْجُلُوْسُ لِلْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَأَنَّ الشُّرْبَ قَائِمًا بِلَا
عُذْرٍ خِلاَفُ الْأَوْلَى عِنْدَ جُمْهُوْرِ الْفُقَهَاءِ
Tiada khilaf di kalangan ahli fiqih bahwa
seseorang dianjurkan makan dan minum sambil duduk. Tetapi minum sambil berdiri
tanpa uzur menyalahi yang afdhal menurut mayoritas ulama. (Kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Juz XV, halaman 271)
Syaikh
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya menegaskan :
قِيْلَ: وَإِنَّمَا جُعِلَ الْأَكْلَ أَشَرَّ
لِطُوْلِ زَمَنِهِ بِالنِّسْبَةِ لِزَمَنِ الشُّرْبِ
Dikatakan bahwa makan itu lebih jelek, karena sesungguhnya makan itu membutuhkan
waktu lebih lama dibandingkan waktu minum. (Kitab Fathul Bari Syarah Shahih
Bukhari, Juz XVI, halaman 94)
Kami menyarankan orang-orang yang tidak memiliki udzur atau
hajat tertentu untuk makan dan minum sambil duduk, karena ia lebih tenang, lebih enak dan
lebih menyehatkan untuk tubuh, juga untuk
mengejar keutamaan. Bagi mereka yang memiliki udzur, hajat tertentu, atau lupa,
apa boleh buat makan dan minum dalam kondisi berdiri. Tetapi hal ini sebaiknya
tidak menjadi kebiasaan.
BACA JUGA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar